Geowisata

Geopark UNESCO: Jalur Wisata Geologi Dunia yang Mendunia

geopark

braininformatics.org – Bayangkan berdiri di tepi tebing batu berusia jutaan tahun, di mana lapisan warna-warni di dindingnya menceritakan kisah terbentuknya bumi. Di sinilah geowisata menemukan maknanya: perjalanan bukan hanya melihat pemandangan, tapi membaca sejarah alam yang tertulis di batu, tanah, dan gunung.

Inilah esensi dari geopark UNESCO — kawasan alam yang diakui dunia karena nilai geologi, ekologis, dan budayanya.
Setiap geopark adalah “museum hidup”, tempat wisatawan, ilmuwan, dan masyarakat lokal berkolaborasi menjaga warisan bumi.


Apa Itu Geopark UNESCO?

Geopark berasal dari kata geo (bumi) dan park (taman). Namun, lebih dari sekadar taman alam, geopark adalah kawasan dengan warisan geologi penting yang dilindungi, dikelola, dan dimanfaatkan secara berkelanjutan.

UNESCO Global Geoparks adalah jaringan geopark internasional yang diakui oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO). Hingga tahun 2025, ada lebih dari 200 geopark di 48 negara yang tergabung dalam UNESCO Global Geoparks Network (GGN).

Tujuan utamanya bukan hanya pelestarian, tetapi juga pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan, penelitian, dan wisata berkelanjutan.


Filosofi di Balik Geopark: Menjaga Bumi Lewat Wisata

UNESCO menekankan tiga pilar utama dalam pengelolaan geopark:

  1. Konservasi — melindungi keunikan geologi, lanskap, dan ekosistemnya.

  2. Edukasi — meningkatkan kesadaran publik tentang proses bumi dan perubahan iklim.

  3. Pembangunan Berkelanjutan — memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal melalui geowisata.

Dengan begitu, geopark UNESCO bukan hanya tempat rekreasi, tapi juga sarana pembelajaran tentang bagaimana bumi bekerja — dan bagaimana kita bisa menjaganya agar tetap lestari.


1. Jejak Geologi Dunia: Dari Eropa Hingga Asia

Zhangjiajie UNESCO Global Geopark, China

Dikenal sebagai inspirasi visual film Avatar, geopark ini memamerkan tebing batu pasir kuarsa setinggi ratusan meter yang menjulang di tengah kabut.
Pemandangan surreal ini terbentuk selama jutaan tahun akibat erosi dan pergerakan tektonik. Kini, Zhangjiajie menjadi salah satu ikon wisata geologi dunia yang paling menakjubkan.

Katla Geopark, Islandia

Terletak di bawah gletser aktif dan gunung berapi Katla, geopark ini menunjukkan bagaimana bumi “bernapas”.
Wisatawan dapat menjelajahi gua es, air terjun, hingga medan lava — sebuah laboratorium alam untuk mempelajari interaksi api dan es.

Haute-Provence Geopark, Prancis

Ditetapkan sebagai geopark pertama dunia (2000), kawasan ini menyimpan fosil laut berusia 300 juta tahun dan jejak dinosaurus. Jalur hikingnya membawa pengunjung melintasi pegunungan Alpen Selatan sambil “membaca” lapisan geologi bumi.


2. Geopark di Tanah Air: Indonesia dan Warisan Tropisnya

Indonesia termasuk negara dengan geopark terbanyak di Asia Tenggara yang telah diakui UNESCO.
Kekayaan vulkanik dan geologi tropisnya menjadikan negeri ini laboratorium alam yang menakjubkan.

Gunung Batur Geopark, Bali

Geopark ini meliputi kaldera Batur, danau, serta desa Trunyan yang unik. Lanskapnya menunjukkan aktivitas vulkanik yang membentuk pulau Bali.
Selain itu, budaya lokal Bali Aga memperkuat nilai warisan manusia dan alam yang hidup berdampingan.

Ciletuh–Palabuhanratu Geopark, Jawa Barat

Terdaftar sebagai geopark UNESCO sejak 2018, kawasan ini dikenal sebagai “buku terbuka geologi Jawa Barat.”
Dari air terjun curam hingga bukit karst dan pantai selatan, semua menyatu dalam panorama alam yang spektakuler. Wisatawan bisa melihat proses terbentuknya pulau Jawa secara nyata.

Toba Caldera Geopark, Sumatera Utara

Danau Toba bukan sekadar destinasi populer, tapi juga bekas letusan supervulkan terbesar di dunia 74.000 tahun lalu.
Kini, kawasan ini menjadi simbol kebangkitan alam — dari kehancuran menjadi keindahan.

Geopark-geopark ini membuktikan bahwa wisata geologi dunia tak harus jauh; negeri sendiri pun punya surga ilmiah yang mendunia.


3. Geowisata: Menjelajah Alam, Belajar Tentang Bumi

Konsep geowisata adalah kombinasi antara eksplorasi dan edukasi.
Berbeda dengan wisata alam biasa, pengunjung diajak memahami fenomena ilmiah di balik pemandangan indah.

Contohnya:

  • Di Gunung Api Aso (Jepang), wisatawan bisa melihat aktivitas vulkanik aktif sambil belajar tentang tektonik.

  • Di Burren Geopark (Irlandia), batuan kapur kuno jadi tempat belajar tentang perubahan iklim masa lalu.

  • Di Rinjani–Lombok Geopark (Indonesia), trekking ke puncak gunung juga berarti mengenali siklus kehidupan alam.

Geowisata menekankan interaksi yang bertanggung jawab — melihat tanpa merusak, menikmati sambil memahami.


4. Dampak Sosial dan Ekonomi Geopark UNESCO

Salah satu kekuatan utama geopark adalah keterlibatan masyarakat lokal.
Mereka bukan sekadar penonton, tapi penjaga dan penerus warisan alam.

Banyak desa di sekitar geopark kini bertransformasi menjadi desa wisata:

  • Masyarakat menjadi pemandu geowisata, pengrajin suvenir, dan pelaku kuliner lokal.

  • Pendidikan geologi diperkenalkan di sekolah, sehingga anak-anak tumbuh dengan kesadaran akan pentingnya bumi.

  • Kegiatan ekonomi berkelanjutan seperti eco-lodge, tur edukatif, dan konservasi terintegrasi berkembang pesat.

UNESCO mendorong agar geopark menjadi model pembangunan yang tidak mengorbankan alam, melainkan hidup berdampingan dengannya.


5. Menyambungkan Ilmu, Budaya, dan Alam

Setiap geopark UNESCO memiliki tiga nilai utama: geodiversity, biodiversity, dan cultural diversity.
Artinya, warisan bumi tidak bisa dipisahkan dari kehidupan dan budaya manusia.

Misalnya:

  • Di Jeju Island Geopark (Korea Selatan), lanskap lava berpadu dengan tradisi penyelam wanita Haenyeo.

  • Di Langkawi Geopark (Malaysia), masyarakat Melayu kuno hidup berdampingan dengan formasi batuan berusia 550 juta tahun.

  • Di M’Goun Geopark (Maroko), budaya Berber dan fosil kuno hidup dalam harmoni.

Melalui geopark, kita belajar bahwa manusia bukan penguasa bumi — melainkan bagian dari sistem yang saling bergantung.


6. Tantangan: Menjaga Warisan dari Eksploitasi

Meski status UNESCO memberikan perlindungan, banyak geopark menghadapi ancaman:

  • Pariwisata berlebihan (overtourism) yang merusak ekosistem.

  • Pencemaran dan pembangunan liar.

  • Kurangnya edukasi masyarakat lokal.

Solusinya adalah geowisata berkelanjutan — membatasi jumlah pengunjung, memperkuat edukasi, dan mengintegrasikan konservasi ke dalam ekonomi lokal.

UNESCO kini mengembangkan sistem pemantauan digital dan pelatihan global untuk memastikan geopark tetap menjadi ruang harmoni antara manusia dan alam.


7. Masa Depan Wisata Geologi Dunia

Dalam era perubahan iklim dan urbanisasi, wisata geologi dunia punya peran penting: mengingatkan kita bahwa bumi adalah rumah yang hidup.
Generasi baru traveler kini tak hanya mencari destinasi indah, tapi juga pengalaman bermakna — belajar tentang bumi, budaya, dan keberlanjutan.

Banyak institusi pendidikan kini menjadikan geopark sebagai laboratorium outdoor untuk mahasiswa dan pelajar.
Dari sana lahir kesadaran baru: menjaga bumi bukan tugas ilmuwan semata, tapi tanggung jawab semua manusia.


Jalur Batu, Jalur Kehidupan

Menelusuri jalur geopark UNESCO adalah menelusuri kisah bumi — dari letusan gunung hingga gerakan benua, dari fosil purba hingga budaya modern.
Setiap geopark adalah pengingat bahwa waktu geologis jauh lebih panjang dari kehidupan manusia, dan kita hanyalah tamu sementara di rumah besar bernama planet Bumi.

Wisata geologi dunia bukan hanya tentang keindahan, tapi tentang kesadaran.
Di antara tebing, danau, dan lapisan batu, kita belajar hal paling penting: mencintai bumi berarti mengenalinya lebih dalam. 🌋🌎